Psychology in Tourism
Ilmu Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang tingkah manusia agar kita dapat memahami karakter dan kepribadian manusia. Psikologi sendiri sangat dibutuhkan dalam berbagai bidang salah satunya adalah pariwisata. Mengapa? karena setiap orang yang bekerja dalam bidang pariwisata sendiri akan melayani dan menghadapi banyak costumer dengan berbagai karakter, entah itu sebagai Travel Consultant, Tour Leader, Tour Planner ataupun orang-orang yang bekerja dalam MICE dan juga karena bidang Pariwisata sendiri tidak hanya membutuhkan keterampilan skill tetapi juga terampil dalam melayani pelanggan.
Selain itu bisnis pariwisata adalah bisnis dalam bidang jasa dan pelayanan, yang membuat kita harus memiliki attitude dan dapat mengetahui betul keinginan pelanggan agar kita dapat memberikan mereka kepuasan. Dalam psikologis sendiri, jika kita dapat memberikan pelayanan yang terbaik, attitude yang baik maka akan tumbuhlah rasa kepercayaan.
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya sendiri, saat itu umur saya masih enam belas tahun dan saya sendiri memutuskan untuk mengikutin open trip ke salah satu negara di Asia, walaupun diumur yang bisa dibilang masih muda, saat itu saya sudah mempunyai perspektif tentang orang-orang yang menjadi partner saya dalam open trip tersebut. Sebagai anak SMK dengan jurusan Usaha Perjalanan Wisata, saya yang masih duduk dibangku kelas dua SMK itu sudah dapat melihat dan memberi usulan kepada tour leader saya. Kasus itu bisa disebut dengan "Bagaimana cara membentuk perkumpulan costumer menjadi dapat bergaul dengan sesama teman dalam open trip tersebut?"
Tour berlangsung selama 10 hari 9 malam, sebelumnya tour leader saya belum mengenalkan keempat orang yang akan menjadi teman-teman saya selama tour berlangsung, jadi kita bertemu saat hari H, yaitu hari keberangkatan kita. Saya masih ingat jelas saya berkenalan dengan empat wanita yang usia nya terpaut jauh dengan usia saya, jadi di group itu saya lah yang paling muda. Saya sendiri langsung dapat membaca karakter mereka, entah bagaimana tetapi saya dapat melihat dari cara kita kontak mata dan jabat tangan, dua orang dari group kami memiliki karakter yang terbuka dan yang dua lain nya tertutup, dan ternyata saya benar. Permasalahan dimulai di hari kedua, ya terjadi sebuah cekcok karena perbedaan pendapat dan hal lain nya yang menurut saya adalah hal yang tidak perlu di perdebatkan. Saat itu tour leader saya tidak dapat memihak, dan menurut saya, kakak tour leader saya sendiri kurang pengalaman dalam menengahi dan memang belum mengenal jelas karakter orang-orang yang dibawa nya, serta kurangnya memberi informasi, kurangnya menanyakan detail kesukaan dan ketidaksukaan costumer dan itu adalah hal yang seharusnya tidak boleh dilupakan.
Jadi jika saya di posisikan sebagai tour leader tersebut, sayakan membuat group chat, entah itu What's app atau LINE yang dianggotakan oleh costumer yang akan saya bawa, dan saya akan membuat mereka berkenalan satu sama lain, saya akan memberikan informasi yang detail tentang negara atau tempat tujuan kita, saya akan menanyakan banyak hal tentang apa yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan mereka, saya akan mengingatkan mereka bahwa saat kita mengikuti Open Trip, dan meskipun costumer adalah raja, tetap saja ada peraturan yang harus diikuti dan ditaati mereka selama tour berlangsung. Karena kita tidak hanya sekedar mengunjungi tempat tujuan tetapi juga mencari teman, mengikat persaudaraan. Saya ingin mereka saling mengetahui hal-hal yang perlu mereka ketahui, karena dalam suatu open trip, saya sebagai tour leader pun tidak bisa memilih kalangan orang yang akan saya bawa, karena open trip adalah tour untuk berbagai kalangan. Dan karena itulah dalam bidang pariwisata dibutuhkan nya penerapan ilmu psikososial atau yang bisa disebut ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia.
Dan disinilah saat saya memasuki STP Trisakti dan mendapat mata kuliah Psikologi Pelayan, saya menyadari bahwa biro jasa dan pelayanan harus memberikan pelayanan yang optimal kepada customer nya. Karena sebagai pemberi Jasa, saya harus mengetahui karakter costumer, saya harus dapat memiliki kepercayaan nya, saya harus dapat membuat costumer saya nyaman dan merasa puas nantinya dan saya pun juga dapat menjadi orang yang profesional dalam bidang saya.
Selain itu bisnis pariwisata adalah bisnis dalam bidang jasa dan pelayanan, yang membuat kita harus memiliki attitude dan dapat mengetahui betul keinginan pelanggan agar kita dapat memberikan mereka kepuasan. Dalam psikologis sendiri, jika kita dapat memberikan pelayanan yang terbaik, attitude yang baik maka akan tumbuhlah rasa kepercayaan.
Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya sendiri, saat itu umur saya masih enam belas tahun dan saya sendiri memutuskan untuk mengikutin open trip ke salah satu negara di Asia, walaupun diumur yang bisa dibilang masih muda, saat itu saya sudah mempunyai perspektif tentang orang-orang yang menjadi partner saya dalam open trip tersebut. Sebagai anak SMK dengan jurusan Usaha Perjalanan Wisata, saya yang masih duduk dibangku kelas dua SMK itu sudah dapat melihat dan memberi usulan kepada tour leader saya. Kasus itu bisa disebut dengan "Bagaimana cara membentuk perkumpulan costumer menjadi dapat bergaul dengan sesama teman dalam open trip tersebut?"
Tour berlangsung selama 10 hari 9 malam, sebelumnya tour leader saya belum mengenalkan keempat orang yang akan menjadi teman-teman saya selama tour berlangsung, jadi kita bertemu saat hari H, yaitu hari keberangkatan kita. Saya masih ingat jelas saya berkenalan dengan empat wanita yang usia nya terpaut jauh dengan usia saya, jadi di group itu saya lah yang paling muda. Saya sendiri langsung dapat membaca karakter mereka, entah bagaimana tetapi saya dapat melihat dari cara kita kontak mata dan jabat tangan, dua orang dari group kami memiliki karakter yang terbuka dan yang dua lain nya tertutup, dan ternyata saya benar. Permasalahan dimulai di hari kedua, ya terjadi sebuah cekcok karena perbedaan pendapat dan hal lain nya yang menurut saya adalah hal yang tidak perlu di perdebatkan. Saat itu tour leader saya tidak dapat memihak, dan menurut saya, kakak tour leader saya sendiri kurang pengalaman dalam menengahi dan memang belum mengenal jelas karakter orang-orang yang dibawa nya, serta kurangnya memberi informasi, kurangnya menanyakan detail kesukaan dan ketidaksukaan costumer dan itu adalah hal yang seharusnya tidak boleh dilupakan.
Jadi jika saya di posisikan sebagai tour leader tersebut, sayakan membuat group chat, entah itu What's app atau LINE yang dianggotakan oleh costumer yang akan saya bawa, dan saya akan membuat mereka berkenalan satu sama lain, saya akan memberikan informasi yang detail tentang negara atau tempat tujuan kita, saya akan menanyakan banyak hal tentang apa yang menjadi kesukaan dan ketidaksukaan mereka, saya akan mengingatkan mereka bahwa saat kita mengikuti Open Trip, dan meskipun costumer adalah raja, tetap saja ada peraturan yang harus diikuti dan ditaati mereka selama tour berlangsung. Karena kita tidak hanya sekedar mengunjungi tempat tujuan tetapi juga mencari teman, mengikat persaudaraan. Saya ingin mereka saling mengetahui hal-hal yang perlu mereka ketahui, karena dalam suatu open trip, saya sebagai tour leader pun tidak bisa memilih kalangan orang yang akan saya bawa, karena open trip adalah tour untuk berbagai kalangan. Dan karena itulah dalam bidang pariwisata dibutuhkan nya penerapan ilmu psikososial atau yang bisa disebut ilmu yang mempelajari hubungan antar manusia.
Dan disinilah saat saya memasuki STP Trisakti dan mendapat mata kuliah Psikologi Pelayan, saya menyadari bahwa biro jasa dan pelayanan harus memberikan pelayanan yang optimal kepada customer nya. Karena sebagai pemberi Jasa, saya harus mengetahui karakter costumer, saya harus dapat memiliki kepercayaan nya, saya harus dapat membuat costumer saya nyaman dan merasa puas nantinya dan saya pun juga dapat menjadi orang yang profesional dalam bidang saya.

Komentar
Posting Komentar